عِلْمُ اْلعَلِيْمِ وَعَقْلُ اْلعَاقِلِ اخْتَلَفَا مَنْ ذَا الَّذِي فِيْهِمَا قَدْ أَحْرَزَ الْشَّرَفَا
فَالْعِلْمُ قَالَ: أَنَا أَحْرَزْتُ غَايَتَهُ وَالْعَقْلُ قَالَ: أَنَا الرَّحْمَنُ بِي عُرِفَا
!فَأَفْصَحَ اْلعِلْمُ إِفْصَاحًا وَقَالَ لَهُ بِأَيِّنَا اللهُ فِي قُرْآنِهِ اتَّصَفَا ؟
فَأَيْقَنَ اْلعَقْلُ أَنَّ اْلعِلْمَ سَيِّدُهُ فَقَبَّلَ اْلعَقْلُ رَأْسَ اْلعِلْمِ وَانْصَرَفَا
Ilmunya orang alim dan akalnya orang yang berakal berselisihSiapakah di antara keduanya yang paling berhak mendapatkan kemuliaan?
Sang ilmu mengatakan: Sayalah yang berhak mendapatkan puncak kemuliaan
Sang akal menjawab: (Sayalah yang paling berhak) karena hanya denganku Allah bisa dikenal!
Maka ilmu menjawab dengan penuh kefasihan seraya mengatakan, dengan siapakah di antara kita yang Allah sifati dengannya dalam al-Qur`an? (Artinya, apakah Allah tersifati dengan al-’Alim atau al-’Aqil?)
Akalpun menyerah dan meyakini bahwa ilmu adalah tuannya, sehingga akal mencium ilmu dan berpisah.
Sumber : Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Ed 56 hal. 60
http://www.majalahislami.com/2009/12/dialog-antara-ilmu-akal/#more-719
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
You can give only good comments to what interest you