Rabu, 02 Mei 2012

HP DAN HEDONISME REMAJA


Alfaqih Warsono

Di jaman canggih ini, orang kebanyakan gandrung dengan produk-produk kemajuan teknologi dan informasi. Sayangnya, kebanyakan hanya sebatas pengguna produk canggih tersebut. Malahan tidak sedikit, terutama para remaja kita, yang menjadi “korban”nya. Andaikan para remaja tidak sebatas pengguna, melainkan sebagai pencipta, ataupun perakit saja, sudah akan lebih cerah masa depannya. Minimal, andaipun jika tidak kedua-duanya, ya dimungkinkan sebagai sebagai pemakai produktif, yaitu tentunya pemakai untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari produk canggih tersebut, untuk menciptakan lapangan kerja baru atau setidaknya untuk memudahkan usahanya.

HP, misalnya, yang merupakan bentuk produk kemajuan IPTek, di samping computer, internet, MP3 Player, DVD player, digital camera , handy-cam, dan lain-lain. Sebutan lain untuk istilah HP adalah handphone, ponsel, cellular phone, telpon genggam, mobile phone. Keberadaan produk ini sesungguhnya memiliki manfaat sekaligus kesia-siaan bergantung pada sikap seseorang terhadapnya. Jika digunakan untuk alat komunikasi yang bermanfaat dan penting tentu keberadaannya akan benar-benar bermanfaat. Tetapi sebaliknya jika digunakan untuk bermain game, musik bukan sebagai pelipur lelah saat beristirahat, melainkan untuk mengabaikan kewajiban pokok lainnya, maka dalam hal ini HP tidak bermanfaat. HP akan menjadi “pelalai tugas”, menjadi alat kesenangan, dan bahkan mungkin sebagai tujuan hidupnya yang menyenangkan.

Fenomena sehari-hari adalah fakta yang bisa ditemui diberbagai daerah, terutama di wilayah Indramayu, mungkin juga di wilayah kabupaten dan yang lainnya, bahwa banyak remaja (baik anak putus sekolah, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) dan lainnya yang mengabaikan tugas hidupnya, mengabaikan fungsi hidupnya di dunia. Mereka menyibukkan dirinya kesenangan hidup melalui produk-produk canggih tersebut. Dalam hal ini para remaja mengelompokkan dirinya ke dalam kaum hedonist, karena mereka berpaham hedonisme. Hedonisme adalah paham yang menjadikan kesenangan dan uforia hidupnya sebagai tujuan. Mereka lari dari memahami dan tidak peduli dengan hahekat hidupnya. Padahal Allah mengingatkan dalam QS Ali Imran [3]: 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Dalam ayat lain, Allah berfirman :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’am [6]: 32)

Banyak para remaja yang justru mengejar kesenangan hidup tersebut, mereka lebih senang bermain HP atau internet daripada beribadah ketika waktu shalat tiba, misalnya. Mereka lupa bahwa sesungguhnya kesenangan itu adalah semu dan bersifat sementara, sebagaimana Allah berfirman :

مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS Ali Imran [3]: 197
.
قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً
“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS An Nisa [4]: 77)


Ayat lain yang senada adalah :
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى
“dan sesungguhnya akhir (akhirat) itu lebih baik bagimu dari permulaan (dunia).” (QS Adh Dhuha [93]:4)

Hendaklah kita pahami bersama bahwa sesungguhnya tujuan hidup kita, manusia, adalah kebahagiaan hidup di akhirat dengan penuh ridho Allah SWT, yakni setelah mati, bukan di dunia ini. Namun demikian tetap kita tidak boleh meninggalkan bagian hidup kita di dunia, seperti belajar, bekerja, membantu orang lain, dlll., pendeknya segala sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Perhatikan petunjuk Allah berikut ini:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al Qashash [28]:77)

Mudah-mudahan dengan taushiyah ini, kita semua selamat di dunia dan akhirat kelak. Amin.
Wallahu a’lam.


Selasa, 01 Mei 2012

MEMBUNUH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Alfaqih Warsono


Dewasa ini banyak orang yang hanya karena sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kemauannya atau karena kesal terhadap sesuatu, ia lalu tega membunuhnya. Ada saudara yang kesal dengan saudaranya yang lain, ia bunuh. Seorang ibu karena kesal dengan suaminya, anaknya dibunuh. Anak karena ia tidak dibelikan sepeda motor, orang tuanya dibunuh. Karena mempertahankan eksistensinya (bangga berkelompok) terakumulasi dengan membunuh siapa yang ia temui (Geng Motor). Karena takut ketahuan rahasianya oleh seseorang, maka ia pun dibunuhnya.

Dengan kata lain membunuh merupakan alat melampiaskan dendam, amarah, kesukaan, dan kebanggaan terhadap kelompok. Bahkan ada kelompok yang jika ia mampu membuniuh, ia akan merasa memiliki kebahagiaan tersendiri (psikopat) (lihat : Gejala-gejala psikopat. http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat ).

Pembunuhan pertama yang dilakukan umat manusia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil bin Adam seperti dilukiskan dalam Al Quran surat Al Maidah [5]:30:
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.”

Membunuh manusia dibolehkan dalam kasus : (1) qishash seperti  disebut dalam QS Al Maidah[5]: 45 “Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. “ (2) membalas serangan orang kafir seperti  disebut dalam QS Al Maidah [5]: 33 “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. ” (3) tidak sengaja.  

Untuk kasus yang ke-3 tersebut di atas pun harus melalui prosedur sebagai bentuk taubatnya, sebagai dijelaskan dalam QS An Nisa [4]: 92

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَن يَقْتُلَ مُؤْمِناً إِلاَّ خَطَئاً وَمَن قَتَلَ مُؤْمِناً خَطَئاً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ أَن يَصَّدَّقُواْ فَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مْؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةً فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللّهِ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً
Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang mu'min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mu'min, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Sedangkan untuk kasus membunuh manusia secara sengaja dan pasti terencana, maka tidak ada balasan lain selain adzab siksa Neraka, seperti dijelaskan pada ayat berikutnya QS An Nisa [4] : 93
وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Bagaimana jika yang terbunuh itu orang mukmin yang ada alasannya (untuk dibunuh atau ikut terbunuh) secara sengaja, apakah dibenarkan seperti dengan illat “illa bil haqq” (kecuali dengan suatu alasan yang benar)? Seperti dalam QS Al Isra [17]:33
وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالحَقِّ
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “

atau QS Al Furqan [25]: 68

وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ

“dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, “

Jawabannya adalah tetap saja tidak boleh, berdasarkan keterangan Ibnu Abbas ra. Seperti  tertuang dalam Mukhtashar Shahih Muslim, Darul Hadits, Al Qahirah, 2003, pada hadits no. 2132

عن سعيد بن جُبَيْر قال: قُلْتُ لابْنِ عَبَّاسٍ ر.ع.: أَلِمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا مِنْ تَوْبَةٍ ؟ قال: لاَ، قال: فَتَلَوْتُ عَلَيْهِ هَذِهِ الآيَةَ الَّتِيْ فِي الْفُرْقَانِ :{ وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ} إلى آخِرِ الآيَةِ، قال: هَذِهِ آيَةٌ مَكِيَّةٌ، نَسَخَتْهَا آيَةٌ مَدَنِيَّةٌ: { وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا}

Dari Said bin Jubair berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas ra. : Apakah terdapat taubat bagi orang yang membunuh orang mukmin dengan sengaja? Ibnu Abbas menjawab: tidak ada. Aku (Said bin Jubair) berkata: Lalu aku bacakan ayat ini dalam Surat Al Furqan (QS Al Furqan [25]:68): “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,” sampai akhir ayat. Ibnu Abbas ra menjawab : ini adalah ayat Makkiyah (turun lebih awal), sudah dinasakh (sudah dihapus) oleh ayat Madaniyyah (turun beriukutnya), yaitu: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya, “.

Bagaimana pula jika yang dibunuh itu bukan mukmin, non-muslim secara sengaja dan terencana. Jawabannya tetap saja tidak boleh dibunuh. Ini berdasarkan apa yang tersirat dalam asbabun Nuzul QS An Nisa [4]: 94, sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas ra. dalam Mukhtashar Shahih Muslim, Darul Hadits, Al Qahirah, 2003, pada hadits no. 2133
عن ابن عباس ر.ع. قال: لَقِيَ النَّاسُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ رَجُلاً فِي غُنَيْمَةٍ لَهُ، فقال: السَّلاَمُ عَلَيْكُم، فَأَخَذُوْهُ فَقَتَلُوْهُ وَأَخَذُوْا تِلْكَ الْغُنَيْمَةَ، فَنَزَلَتْ : {وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلاَمَ لَسْتَ مُؤْمِناً} وَقَرَأَهَا ابنُ عَبَّاسٍ: {السَّلاَمَ}

Dari Ibnu Abbas ra berkata: orang-orang dari kaum muslimin menjumpai orang (laki-laki) dalam perkara barang rampasan perang ada padanya. Lalu orang itu mengucap salam: “Assalamu alaikum”. Kemudian orang-orang muslim menangkapnya dan membunuhnya lalu mengambil harta rampasan perang (miliknya) itu. Lalu turunlah ayat ke-94 dalam QS An Nisa [4] “janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu membunuhnya),”

Ayat selengkapnya adalah: (QS An Nisa [4]:94) “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mu'min" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan ni`mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

PETA MANUSIA MENUJU SURGA ATAU NERAKA

Alfaqih Warsono

HUMAN TRAVELS TO PARADISE OR HELL









PENJELASAN

  1. Dalam pembahasan ini, manusia (insan) dianggap sudah baligh, sehat akalnya, dan sudah tersentuh ajakan (tabligh) iman dan taqwa kepada Allah SWT.
  2. Manusia sebagaimana dalam nomor (1) di atas dipertemukan dengan wujud (adanya) Tuhan Allah SWT. Siapa Allah, siapa pula manusia, apa kaitannya antara Allah dan manusia, dan bagaimana sikap manusia terhadap konsekwensi akibat penciptaannya oleh Allah? Mengabdi atau mengingkari?
  3. Kafir (menjadi orang yang ingkar), tidak percaya dengan wujud (adanya) Allah, oleh karenanya tidak mau mengikuti perintahNya, tidak mengakui rasulNya, KitabNya, MalaikatNya, dll. Allah berfirman dalam QS ArRum[30]:44
    مَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ “Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu;”

  4. Oleh karena ia kafir, ia tidak mengimani Allah, ia mencari Tuhan-tuhan lain yang dianggap mampu mendatangkan kebaikan padanya, yakni orang kafir itu (musyrik).

ذَلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِن يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
Dalam QS Al Ghafir [40]: 012, Allah berfirman: Yang demikian itu adalah karena kamu kafir jika hanya Allah saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan, maka putusannya adalah ada pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (AnNisa [4] : 048)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman, QS Al Baqarah [2]: 6.
قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya", (QS ALI IMRAN [3]:12)

Kecuali jika mereka mau masuk ke Islam dan mengimani Allah, mereka termasuk yang diberi petunjuk, seperti  firman Allah dalam QS Ali Imran[3] :20.
فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاَغُ وَاللّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

Dan FirmanNya (QS AzZumar [39]: 037):
وَمَن يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انتِقَامٍ
Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?

  1. Neraka adalah tempat kemabli yang terburuk bagi para pendurhaka dan ingkar kepada Allah SWT sebagaimana digolongkan pada nomor (4) di atas. Neraka itu api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan (Al Humazah [104]:6), api yang sangat panas (Al Ghasyiyah [4]:4) dan (AlQariah [101]:11), api yang menyala-nyala (Al Haqah [69]:31), api yang tidak meninggalkan dan tidak membiarkan dan pembakar kulit manusia (Al Mudatssir [74]:28-29), api yang ditutup rapat (Al balad [90]: 20).

  2. Diantara manusia ketika dihadapkan pada keimanan kepada Allah, ada yang kafir (lihat no. 4) ada pula yang beriman (Mu’min). Beriman, jika tidak dibarengi dengan amal shalih (termasuk shalat), maka tidak berguna keimananannya. Oleh karena itu, keimanan harus ditopang dengan amal shalih (keislaman)

وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُولَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.. (QS Al Baqarah [2]: 82)

  1. Muslim (orang Islam, yakni orang yang mengamalkan amal shalih setelah beriman). Kita kitak cukup dengan iman tanpa Islam. Allah SWT berfirman :
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS Al Hujarat [49]: 14)

Muslim berarti menerima konsekwensi melaksanakan rukun Islam sesuai dengan petunjuk Allah melalui kitabNya (Al Quran) dan sunnah RasulNya. Itulah Amal shalih.
وَمَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ
“dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan), (QS ArRum [30] :44)

  1. Namun demikian, ternyata setelah menjadi muslim, tidak serta merta taat, ada juga yang kemudian pindah agama lagi (murtad). Orang ini tergolong kafir, kecuali jika ia kembali kepada keimanan (mumin). Allah berfirman :
مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَـكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar, (QS An Nahl [16] : 106)
Dan firmanNya dalam QS Ali imran[3] : 090:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُواْ كُفْراً لَّن تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الضَّآلُّونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.

  1. Ada juga yang tetap Islam, hanya saja ia suka melakukan kedurhakaan (maksiat) kepada Allah SWT (muslim ‘ashy), jarang melakukan shalat (sholat dipilih sesuai kesukaannya, melaksanakan sholat Jumat tapi tidak melaksanakan sholat Asar atau Isya), melakukan amal shalih untuk riya (dilihat orang), malas ibadah, senang melakukan yang dilarang (haram). Allah menyebut golongan ini dengan sebutan “orang yang menganiaya diri sendiri”.
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS Fathir [35] :32)
Orang yang bermaksiat, jika tidak melakukan taubat, maka ia akan tergolong pelaku “kaba-ir (dosa besar)” dan disiksa di neraka Allah. Jika ia taubat, dilihat apakah akan kembali maksiyat setelah taubat, ataukah menjadi taat kepada Allah.

  1. Orang yang gemar melakukan maksiat, akan menjadi ingkar (kafir) karena kemaksiatannya dan tidak mau insyaf lalu ia mati dalam keadaan penuh maksiat / kafir, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللّهِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. (QS Albaqarah [2]: 161)

  1. Jika ia bertaubat (muslim ta-ib), maka dilihat apakah ia akan kembali maksiyat atau taat (muslim ‘athy). Jika taat (‘athy), maka parameternya adalah ia harus istiqamah dengan iman dan taqwanya. Itulah orang yang benar-benar taubat dan pasti Allah akan menerima taubatnya. FirmanNya :
إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَـئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS AlBaqarah [2]: 160)

  1. jika ia menjadi muslim athy (taat) kemudian ia menjadi muttaq (taqwa) dan mushlih (berbuat kebaikan), maka ia ia termasuk orang yang mendapat ridho Allah dan dimasukkan ke surga.
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar (QS An Nisa[4]: 13)

  1. Muttaq (orang yang yang taqwa) dan tetap dalam ketaqwaannya dibalut dengan ketaatan kepada Allah SWT adalah orang yang akan mendapat naungan surga yang penuh dengan kenikmatan.
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي ظِلَالٍ وَعُيُونٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. (QS Al Mursalat [77]: 041)

  1. Mushlih (orang yang berbuat kebaikan) akan mendapat balasan surga dari Allah. Orang muslih yang dimaksud adalah siapapun yang berbuat kebaikan, hasil pikir dan karyanya bermanfaat bagi kebaikan orang lain setelah ia berpegang teguh dengan keimanan kepada Allah.
Rasulullah bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang banyak.

Banyak ayat qouliyah yang menegaskan bahwa kata “orang yang berbuat baik” disebut setelah kata “orang yang beriman”, lihat QS Al Ashr [103]:3, QS Al Bayyinah [98]:7,  QS At Tiin [95] : 6, QS Al Buruj [85]: 11, QS Al Insyiqaq [ 84]: 25, QS At Talaq [65]: 11, QS Al fath [48]: 29, QS Muhammad [47]: 2 dan 12, QS Al Jatsiyah [45]: 21dan 30, QS As Syura [42]: 22 dan 26, QS Fusshilat [41]: 8, QS Al Ghafir [40]: 58, QS Shad [38]: 24 dan 28, QS Fathir [35]: 7, QS Saba [34]:4, QS As Sajdah [32]: 19, QS Luqman [31]: 8, QS Rum [30]: 15 dan 45, QS Al Ankabut [29]:7,9, dan 58, QS As Syu’ara [26]:227, QS An Nur [24]: 55, QS Al Hajj [22]: 14, 23, 50, dan 56, QS Maryam [19]: 96, QS Al Kahfi [18]: 30 dan 107, QS Isra [17]: 9, QS Ibrahim [14]: 23, QS Ar Ra’d [13]: 29, QS Hud [11]: 23, QS Yunus [10]: 4 dan 9, QS Al A’raf [7]: 42, QS Al Maidah [5]: 9 dan 93,  QS An Nisa [4]: 57, 122, 124, dan 173, QS Ali Imran [3]: 57, QS Al Baqarah [2] : 25, 82, dan 277. Dengan banyaknya ayat yang meng-eksplisitkan “beriman” dan “beramal shalih” menunjukkan betapa pentingnya keimanan sebagai syarat diterimanya “amal shalih” di sisi Allah SWT. Allah berfirman :
فَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ
Maka barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya. (QS Al Anbiya [21]: 94)

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An Nahl [16]: 97)

  1. Jannah (surga), merupakan tempat kembali yang terbaik yang disediakan bagi hamba-hamba Allah yang bertaqwa, yang beriman, yang beramal shalih. Surga merupakan bentuk “rahim (sayang)” Allah yang dijanjikan, karena Allah tidak akan pernah ingkar janji.  Allah berfirman menirukan ucapan orang shalih :
رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS Ali Imran [3]: 9)