Nono Warsono
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦
Keenam ayat Al Quran di atas menjelaskan bagaimana Islam memandang toleransi yang sesungguhnya. Islam tidak berlaku kasar, agresif, pemaksa, mengintimidasi, membohongi, mengiming-imingi, bertindak represif, terror, dan berbagai bentuk tindakan negatif yang pasti tidak disetujui oleh berbagai agama yang mendambakan kedamaian dalam mengajak (berda'wah) kepada manusia untuk memeluk ajarannya.
Allah secara santun menyuruh Nabi Muhammad SAW (Rasululllah) untuk berda'wah (mengajak ke jalan Tuhan) dan menghormati ajaran agama lain dengan cara santun pula. Peratikan rangkaian kalimat dalam ayat-ayat di atas.
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١
(Katakan, wahai orang-orang kafir)
Allah menyuruh agar menggunakan tindakan verbal dengan menegur orang-orang yang jelas ingkar kepada Allah. Tidak mendahulukan tindakan fisik agresif dengan kebencian. Artinya da'wah dan toleransi didahului dengan dialog. Da'wah dan toleransi ini tidak terkesan menyuap, karena mau atau tidaknya orang yang diajak sangat bergantung pada magnet hidayah yang terdapat dalam dirinya. Begitu pula toleransi yang dibangun antar pemeluk agama hendaknya mengedepankan dialog.
Lalu diikuti dengan kalimat
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢
(Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah)
Ayat ini memebri gambaran bahwa jangan dijadikan kesempatan pada para pemeluk agama untuk memaksa pemeluk agama lain dalam bertoleransi.
Allah menyuruh kita agar menyampaikan kepada pemeluk agama lain bahawa "kami tidak akan menyembah Tuhan yang kamu sembah". Hal ini perlu agar mereka tidak ada niatan untuk memaksa berubah haluan akidah. Ini pula agar pemeluk agama lain dalam bertoleransi menghormati cara menyembahnya masing-masing.
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣
(Dan kamu pun bukan penyembah apa yang aku sembah)
Ayat ini memberi penegasan tentang keseimbangan, bahwa aku (kami) dalam bertoleransi tidak akan mengganggu pemeluk ajaran agama lain, karena kami tahu bahwa pemeluk agama lain pun tidak akan menyembah Tuhan kami.
Di sini para da'i (dari berbagai agama) hendaknya menyadari akan kemajemukan bangsa. Da'wah (mengajak) dibenarkan selama ditunjukan kepada manusia yang belum beragama atau pemeluk agama yang merasa memerlukan bimbingan keagamaan untuk diyakininya, atau pun ditujukan kepada pemeluk agama yang sama dengan agama sang da'i dengan tujuan agar mereka merasa terbimbing tetap dalam koridor dan konsekwensi dalam menjalankan dan sesuai dengan ajaran agamanya, dengan catatan sekali lagi tidak ada pembodohan tapi pencerdasan umat, tidak ada pemaksanaan dan kekerasan tapi empati dan kedamaian umat dalam menjalankan keyakinannya.
Allah menegaskan dalam bertoleransi antar agama agar tidak memaksa pemeluk agama lain kepada agamanya. hal itu karena pemeluk agama lain bukan pemeluk agamanya, maka diberi kebebasan dalam menjalankan syari'atnya. Tentunya karena mereka menyakini bahwa ajaran agamanya dianggap benar.
(وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤
Dan akupun bukan penyembah (Tuhan) yang kamu sembah.
Allah menunjukkan konsekwensi kebalikannya sebagai dimensi sebab akibat, yaitu oleh karena disamping mereka (pemeluk agama lain) bukan penyembah Tuhan kamu, maka perlu diingat bahwa kamu pun bukan penyembah Tuhan mereka. Dengan begitu, jelas sudah garis pembatas akidah dan keyakinan dalam menjalankan syari'atnya masing masing.
(وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥
Dan kamu pun bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Ayat ini memberikan penegasan akan keteguhan dalam berkeyakinan. Tidak boleh seorang pemeluk suatu agama berpindah-pindah ke satu agama lain karena ini berati mempermainkan keimanannya. Baik hal ini pindah sendiri atau dipaksa pindah ke agama lain. Jika hal ini terjadi maka dihawatirkan ia akan dinyatakan keluar dari agamanya. Sebagaimanan firman Tuhan :
ثُمَّ آمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَ ازْدَادُوْا كُفْرًا
Kemudian mereka beriman, kemudian mereka kafir (lagi), kemudian mereka bertambah kekafirannya.
(لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦
Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.
Diingatkan kepada semua pemeluk agama agar menyadari bahwa toleransi tidak berlaku kasar, sensasi pemaksaan. Islam menyuruh para pemeluknya untuk amar ma'ruf nahi mungkar, berda'wah (mengajak) manusia ke jalan yang diyakini benar yakni ke jalan Allah. namun dibalik itu Islam juga memberikan rambu-rambu tolenransi kepada pemeluk agama lain utk tidak saling memaksa. Ingatlah kita (yang sudah beragama Islam) memiliki agama dan tidak boleh dipaksa pindah ke agama lain dengan berbagai tipuan dan rayuan. Demikian pula pemeluk agama lain juga memiliki agamanya tidak boleh juga dipaksa untuk masuk ke agama kita dengan berbagai tipuan dan rayuan. Biarkan mereka dan kita memilih. Oleh karena itu tugas para muballigh atau pendeta utk membimbing ke arah kemantapan umat yang telah menyatakan diri memeluk agama itu.
Wallahu a'lam.
Minggu, 30 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)