Alfaqih Warsono
Semua orang tahu bahwa bahasa adalah alat komunikasi, bahkan salah satu model bahasa yang dipakai sejak seorang jabang bayi lahir ke dunia, ia akan berhadapan dengan bahasa. Dalam hal ini bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan. Ketika ia dewasa, barulah ia berkenalan dengan bentuk bahasa lain, yakni tulisan, gambar dan simbol, serta isyarat.
Lalu bagaimana dengan banyaknya bahasa lisan yang digunakan orang di dunia. Mengapa orang di tempat yang berbeda dan jauh menggunakan bahasa yang berbeda pula? Mengapa kata tertentu dalam bahasa tertentu tidak dapat dipahami oleh orang dari tempat tertentu?
Jawabannya sebenarnya adalah karena adanya dan atau tidak adanya kesepatakan di antara orang yang akan menggunakan bahasa itu. Jika dalam masyarakat tertentu tidak menyepakati penggunaan kata tertentu, maka ketika orang lain di belahan bumi yang lain menyepakatinya, maka akan sulit memahami bahasa tersebut.
Sebagai contoh, di Indonesia bahasa yang disepakati untuk menunjuk sesuatu yang jauh adalah dengan kata "ITU", maka orang-orang yang ada di Indonesia akan menggunakan kata "ITU" untuk menunjuk sesuatu yang jauh. Sementara di Amerika kata yang disepakati untuk menunjuk sesuatu yang jauh adalah dengan kata "THAT" (baca : [ðæt]). Oleh karena itu orang Amerika yang tidak belajar Bahasa Indonesia tidak akan mengerti kata "ITU", begitu juga orang Indonesia yang tidak belajar bahasa Inggris, tidak akan mengerti kata "THAT".
Belajar bahasa orang lain berarti ia menyepakati penggunaan kata itu untuk digunakan dalam berkomunikasi.
Jika Orang Indonesia ingin memahami maksud/nama gambar di bawah ini, maka ia harus mempelajarinya yang berarti bahwa ia akan melakukan kesepakatan dengan orang lain untuk menggunakan kata itu.
Orang Indonesia menyepakati kata "ayam betina" untuk menyebut gambar di samping ini. sementara Orang Inggris/Amerika menyepakatinya dengan kata "hen" atau "Chicken". Demikian pula dengan orang di negara-negara lain, tentu akan melakukan kesepakatan yang berbeda pula. Di Arab sepakat dengan "dajjajatun"
Orang Indonesia sepakat menyebut hewan ini "Kelinci", tapi orang Amerika sepakat menyebut "rabbit". Sehingga jika mereka tidak mempelajarinya atau dengan kata lain memberi kesepakatan dengan orang yang sudah menyepakatinya, jelas tidak akan memahaminya ketika mereka mengatakan yang berbeda dengan kita, karena tidak adanya kesepakatan tadi. Di Arab sepakat dengan kata "arnabun"
Orang Indonesia sepakat menyebutnya "rambutan". Karena pohonnya berasal dari Indonesia, dan ketika tumbuh di negara lain, tentunya mereka akan memberi kesepakatan dengan Indonesia dengan menyebut "rambutan", jadi orang Inggris tidak menyebutnya "The Hair" karena kata itu tidak disepakati penggunaannya.
Hewan ini ada dan hidup di hampir semua belahan dunia, dan orang di negara yang memeliharanya mempunyai kesepakatan yang berbeda-beda. Di Indonesia sepakat dengan "Domba/biri-biri", di Inggris sepakat dengan "sheep", di Jawa sepakat dengan "wedus gimbal/wedus gembel", di Arab sepakat dengan "syaatun".
Di Indonesia sepakat menyebutnya "belimbing", di Inggris sepakat dengan "starfruit"
Sabtu, 28 Mei 2011
Langganan:
Postingan (Atom)