Kamis, 02 Juni 2011

Kisah Harut dan Marut

Alfaqih Warsono

Berikut ini adalah sebuah kisah Malaikat Harut dan Marut yang banyak diceritakan oleh orang-orang ingin merendahkan kedudukan malaikat-malaikat Allah (yang merupakan utusanNya). Sebelum Anda membaca dan meyakini kisah menyesatkan ini, ada baiknya Anda merujuk kepada sumber-sumber yang rajih (terpercaya, kredibel). Perlu diketahui kisah ini tidak terdapat dalam satu dasar pun dalam kitab-kitab Islam. Hadis yang disandarkan di sini adalah hadis Maudlu' (palsu). Berikut kisah sesatnya:


Diriwayatkan oleh Abi Hatim dari Assham Bin Rawwad, dari Adam, dari Abi Ja'far, dari Qais Ubaid, dari Ibnu Abbas r.a. berkata Ibnu Abbas:
"Semakin lama makin banyak juga manusia anak cucu Adam di permukaan bumi ini. Dan semakin banyak pula kerusakan dam maksiat yg mereka lakukan. Diantaranya mereka kafir terhadap Allah . Melihat kejadian itu para Malaikat dilangit lalu berkata kepada Allah :
Ya Tuhanku, alam yg Engkau ciptakan untuk tempat berbakti dan beribadat terhadap Engkau, sudah dijadikan oleh manusia menjadi tempat maksiat (mengingkari) ajaranEngkau, mereka saling membunuh, berzina, berjudi, mencuri dan minum minuman keras, serta memakan harta anak yatim dan mengkafirkan Engkau ya Tuhanku"

Kepada para Malaikat diperintahkan oleh Allh untuk memilih dua Malaikat, lalu mereka memilih Malaikat Harut dan Marut, kedua malaikat itu lalu diutus untuk turun kebumi. Kepada kedua Malaikat itu, Allah membangkitkan semua hawa nafsu seperti layaknya manusia keturunan Adam dan Hawa. Kepada kedua Malaikat ini diperintahkan oleh Allah agar beribadat dan mematuhi perintah Allah, dan jangan mempersekutukan Tuhan, kepada keduanya, Allah melarang agar jangan saling membunuh, memakan makanan haram, berzina, mencuri dan minum minuman yg memabokkan. Kedua Malaikat itu lalu turun kebumi dan tinggal untuk beberapa lama, menghukum antara yg haq, yaitu dizaman Nabi Idris a.s.

Dikala itu ada seorang wanita yg kecantikannya ditengah wanita wanita sebagai venus (bintang kejora) ditengah segala bintang, kedua Malaikat itu lalu mendatangi wanita itu, mulai merayu untuk menyerahkan kehormatannya. Wanita itu menolak, kecuali keduanya itu mau menganut agama yg dianutnya. Kedua Malaikat itu lalu menanyakan agama apa yg dianut wanita itu, wanita itu lalu mengeluarkan berhala (patung) dan berkata: inilah yg aku sembah. Kedua Malaikat itu menjawab: Kami tidak ada keinginan menyembah patung itu, lalu keduanya pergi dengan sedih. Kemudian kembali keduanya mendatangi wanita itu dengan maksud yg sama, yg juga dijawab dengan jawaban seperti waktu pertama tadi. Sehingga keduanya kembali dengan hampa, dan demikian pula kali yg ketiganya.
Karena keduanya tidak mau menyembah berhala, maka wanita itu menyuruh pilih 1 diantara 3 perkara yaitu:
1. Menyembah berhala.
2. Membunuh
3. minum tuak.

Keduanya berfikir bahwa pertama dan kedua tidak pantas, yg lebih ringan dosanya adalah minum tuak. Lalu kedua Malaikat itu minum tuak, dan baru baru saja keduanya minum tuak itu, keduanya menjadi mabok, lalu melakukan hubungan intim (enak gila) dengan wanita itu. Dan karena keduanya takut bahwa wanita itu akan menceritakana pelanggaran berat kepada orang banyak, lalu kedua Malaikat itu membunuh wanita yg itu.

Setelah kedua Malaikat itu sembuh dari maboknya, dan menyadari bahwa keduanya sudah melakukan dosa dosa yg amat berat, begitu kedua Malaikat itu mau naik ke langit, tetapi sudah tidak sanggup, sebab antara langit dan bumi dipasang tutup untuk keduanya.
Melihat kejadian itu, sadarlah seluruh Malaikat yg ada dilangit, bahwa manusia yg tidak kenal alam gaib pantas tidak takut berbuat dosa, sehingga para Malaikat dapat mengerti kalo banyak manusia yg berbuat dosa.

Sejak saat itu seluruh Malaikat dilangit, disamping memuji Allah, mereka slalu berdoa agar Allah sudi kiranya mengampuni dosa dosa manusia yg beriman yg tinggal dibumi ini.
Terhadap kedua Malaikat yg dijadikan percobaan itu, oleh Allah disuruh pilih menjalani siksa dunia atau siksa akhirat. Lalu keduanya memilih siksa dunia, karena dunia ini tidak kekal. Sedangkan siksa akhirat adalah siksa yg kekal, begitulah kedua malaikat itu disiksa oleh Allah didunia, dan bebas dari siksa diakhirat kelak.

Akhirnya banyak manusia yg mendatangi kedua Malaikat itu untuk mempelajari ilmu sihir yg dapat mecerai beraikan antara suami isteri. Kedua Malaikat itu tak lupa menerangkan kepada orang banyak, bahwa ilmu sihir itu adalah sebagai (fitnah) bagi mereka, dan tidak akan berbarti apa apa kecuali degan izin Allah, dan pasti mendatangkan kerusakan semata. Sekalipun begitu, masih banyak saja manusia yg ingin mempelajarinya yg terang terangan tidak manfaat dan malah akan mendapatkan siksa yg amat berat diakhirat kelak.

ALLAH swt Berfirman:
"Dan mereka (yahudi) mengikuti apa yg diceritakan oleh setan setan tentang kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kufur, hanya setan setan itu yg kufur. Mereka ajarkan ilmu sihir kepada manusia, dan ilmu yg diturunkan kepada 2 Malaikat di Babil, bernama Harut dan Marut, padahal keduanya tidak mengajarkan melainkan berkata: Kami tidak lain melainkan percobaan, sebab itu janganlah engkau kufur. Tetapi tetap mereka (yahudi) belajar dari kedua Malaikat itu (ilmu) buat menceraikan antara suami dan isteri, dan mereka tidak membahayakan seseorang melainkan dengan izin Allah. Tetapi mereka telah mempelajari apa yg membahayakan mereka dan tidak memberikan manfaat kepada mereka padahal mereka itu tahu, bahwasanya orang yg menggunakan sihir itu tidak mendapatkan kebahagiaan yg baik diakhirat kelak, dan alangkah busuknya suatu harga yg denganya mereka jual akan diri mereka, jika mereka mengetahui" (al-Baqarah : 102)
Ayat tersebut membantah tuduhan yahudi yg mengatakan bahwa Nabi Sulaiman lah yg pertama mengajarkan ilmu sihir, tetapi yg sebenarnya adalah setan setanlah yg mengajarkan sihir itu. Kemudian mereka sekali lagi dicobai melalui Malaikat Harut dan Marut. Tetap saja mereka mempelajari ilmu sihir kepada ke dua Malaikat itu, sekalipun kedua Malaikat itu telah memperingatkan bahwa sihir itu adalah cobaan agar mereka jangan melanggar dengan mempelajarinya, namun mereka tetap mempelajarinya.

 
Ulasan 

Harut dan Marut (Bahasa Arab: هاروت وماروت, transliterasi: Hārūt dan Mārūt) adalah dua malaikat yang diutus oleh Allah ke negeri Babilonia. Nama mereka disebutkan di dalam Al Qur'an pada surat Al Baqarah ayat 102:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (Al Baqarah 102)
Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.

Bantahan kisah Harut dan Marut

Syeikh Athiyah Saqar menyebutkan bahwa di beberapa buku tafsir disebutkan kedua malaikat itu telah diturunkan ke bumi sebagai fitnah sehingga Allah mengadzab mereka berdua dengan menggantung kedua kaki mereka, perkataan para mufassir ini bukanlah sebagai salah satu hujjah (dalil) dalam hal ini, karena kisah tersebut berasal dari warisan masyarakat Babilonia dan penjelasan orang-orang Yahudi serta kitab-kitab Nasrani. Karena tidak sesuai dengan salah satu ayat di dalam Al Qur'an. Para malaikat tidaklah maksiat kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka pun melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya, firman Allah:
بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ ، لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
"Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (Al Anbiya 26 – 27)

 وَمَنْ عِندَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ ، يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
"Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al Anbiya 19 – 20)
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa yang mengatakan bahwa kedua malaikat itu mengajarkan kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir bukan mengajarkan untuk mengajak mereka melakukan sihir. Az Zajjaj mengatakan bahwa perkataan itu adalah juga pendapat kebanyakan ahli bahasa. Artinya bahwa pengajaran kedua malaikat itu kepada manusia adalah berupa larangan, keduanya mengatakan kepada mereka, "Janganlah kalian melakukan ini (sihir) dan janganlah kalian diperdaya dengannya sehingga kalian memisahkan seorang suami dari isterinya dan apa yang diturunkan kepada mereka berdua adalah berupa larangan."[1]
Al Hafidz bin Katsir berkata: "Kisah Harut dan Marut ini diriwayatkan dari beberapa tabi'in seperti Mujahid, Suddi, Hasan al Bashri, Qotadah, Abul Aliyah, Zuhri, Rabi' bin Anas, Muqotil bin Hayyan dan lain-lain dan dibawakan oleh banyak penulis tafsir dari kalangan terdahulu dan belakangan. Kesimpulan detail dari kisah Harut dan Marut ini kembali kepada kisah Israilliyat, karena riwayatnya tidak ada sama sekali dalam hadis marfu' yang bersambung sanadnya dari Nabi Muhammad.
Al Hafidz bin Hazm berkata: "Di antara bukti-bukti yang menunjukkan kebathilan kisah Harut dan Marut ada di dalam salah satu firman Allah:
مَا نُنَزِّلُ الْمَلائِكَةَ إِلاَّ بِالحَقِّ وَمَا كَانُواْ إِذاً مُّنظَرِينَ
"Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al Hijr 8)


Kisah Harut dan Marut

Kisah Harut dan Marut yang kononnya telah meminum arak seterusnya kufur kepada ALLAH swt adalah kisah dusta. Kisah ini disebut di dalam sebahagian kitab ketika menafsirkan ayat 102 dari surah al-Baqarah. Dr. Mohammad bin Muhammad Abu Syahbah di dalam bukunya "al-Israiliyyat wa al-Maudhu'aat fi Kutub al-Tafsir" (Kisah-kisah Israiliyyat dan palsu di dalam kitab-kitab tafsir) menyenaraikan kisah tersebut sebagai salah satu daripada kisah-kisah Israiliyyat (dari orang-orang Yahudi) yang termasuk ke dalam kitab-kitab umat Islam.


Beliau menyenaraikan beberapa ulama yang menghukum kisah tersebut sebagai palsu, antaranya al-Imam Abu al-Farj bin al-Jauzi, al-Syihab al-'Iraqi sehingga beliau mengatakan:



"Siapa yang beri'tiqad dalam kisah Harut dan Marut bahawasanya mereka berdua adalah malaikat yang diazab atas kesalahan mereka, maka orang itu kafir terhadap ALLAH yang maha agung."
.

Demikian juga yang menolak kisah ini ialah al-Imam al-Qadhi 'Iyadh, al-Hafidz 'Imaduddin Ibn Kathir dan lain-lain.

Di dalam kisah asal cerita tersebut terdapat dailog yang menunjukkan dua malaikat tersebut membantah pengkhabaran ALLAH. Ketika ALLAH berkata kepada mereka: "Kalaulah aku uji kamu berdua dengan apa yang aku uji terhadap Bani Adam, pasti kamu berdua akan bermaksiat kepadaku." Lalu riwayat tersebut menyebut kononnya dua malaikat itu menjawab: "Kalaulah kamu lakukan kepada kami (dengan ujian tersebut) wahai tuhan, kami tidak akan menderhakai Mu."

Ungkapan ini menunjukkan bahawa dua malaikat ini telah membantah perkhabaran ALLAH swt. Perkara ini berlawanan dengan ayat al-Quran yang menceritakan sifat malaikat yang tidak menderhakai ALLAH dan sentiasa mematuhi arahanNYA.

ALLAH berfirman di dalam al-Quran QS At Tahrim [66]: 6

لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Maksudnya : "(Mereka para Malaikat) tidak menderhakai ALLAH atas apa yang diarahkan kepada mereka, dan mereka lakukan apa yang disuruh kepada mereka."

Membantah perkhabaran ALLAH adalah besar kesalahannya, ia boleh membawa kepada kafir. Ini adalah perkara yang mustahil dan berlawanan dengan sifat Malaikat yang disebut di dalam al-Quran.
Kerana itu para ulama Hadith menolak dan menjelaskan bahayanya mempercayai cerita-cerita seumpama di atas.


Dr. Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah di dalam bukunya tersebut telah menyebut tafsir yang sebenarnya terhadap ayat 102 dari surah al-Baqarah yang menyebut tentang Harut dan Marut itu. Sebenarnya sebab yang membawa turunnya ayat tersebut ialah apabila Syaitan-syaitan pada ketika dahulu boleh mencuri mendengar berita dari langit. Lalu mereka sampaikannya beserta tambahan kepada pendusta-pendusta yang terdiri daripada para dukun dan bomoh Yahudi yang menulisnya di dalam kitab-kitab mereka, lalu mereka mengajarkannya kepada manusia. Sehinggalah pada zaman Nabi Sulaiman orang menganggap ilmu tersebut adalah dari Nabi Sulaiman. Lalu pendeta-pendeta Yahudi mendakwa dengan ilmu tersebutlah Nabi sulaiman dapat menundukkan insan, jin dan angin yang mengikut perintahnya. Inilah perangai Yahudi yang sentiasa mempersendakan para Nabi as dengan pembohongan-pembohongan mereka. Kerana itu ALLAH berfirman:

وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

Maksudnya : "Dan tidaklah Sulaiman itu kafir, akan tetapi para syaitanlah yang kafir, mereka mengajarkan manusia akan sihir." (al-Baqarah - 102)

Lalu sambungan ayat di atas ALLAH berfirman :

وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ

Maksudnya :
“dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun”

Yang dimaksudkan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di dalam ayat tersebut ialah ilmu sihir yang diturunkan melalui mereka supaya mereka ajarkan kepada manusia bertujuan untuk manusia dapat membedakan antara sihir dan mukjizat Nabi Sulaiman. Maka apa yang berlaku kepada Nabi Sulaiman itu bukanlah sihir akan tetapi mukjizat kenabian daripara ALLAH swt. Dua malaikat tersebut itulah Harut dan Marut telah mengingatkan manusia terhadap sihir tersebut, ALLAH berfirman :


وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتىَّ يَقُوْلاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ

Maksudnya : "Dan tidaklah  mereka berdua (Harut dan Marut) mengajarkan seseorang manusiapun melainkan mereka berdua berkata : "Sesungguhnya kami ujian (atas kamu semua), maka janganlah kamu kafir."

Inilah secara ringkas yang dijelaskan dalam QS Al baqarah [2]:102. Secara jelas Harut dan marut ternyata tidak ada kaitan langsung dengan kisah dua Malikat yang kufur dengan ALLAH. Disini sekaligus menunjukkan betapa berbedanya penafsiran yang benar dengan cerita-cerita Israiliyyat kaum Yahudi sebagaimana diceritakan di awal ini. Semoga ALLAH menjauhkan kita dari tipu daya mereka.
Amiin

Rujukan : 

http://tafakur.xtgem.com/harut, http://www.mail-archive.com/hidayahnet@yahoogroups.com/msg07015.html
Al Quran al kariem, versi Quran Player.

Empat hal Alasan Menikah

Alfaqih Warsono

Kata Rasul SAW, wanita dinikahi karena alas an empat macam sebagaimana dikutip dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah pada hadis yang ke-1858 pada Kitab Nikah, sebagai berikut:

حدثنا يحيى بن حكيم. حدثنا يحيى بن سعيد، عن عبيد الله بن عمر، عن سعيد بن أبي سعيد، عن أبيه، عن أبي هريرة؛
- أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((تُنْكَحُ النِّسَاءُ ِلأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ)).

Hadis ini diterima dari jalan Yahya bin Hakim dari Yahya bin Sa’id dari Ubaidillah bin Umar dari Sa’id bin Abi Sa’id dari ayahnya dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Wanita dinikahi karena empat alas an :

1. karena hartanya

2. karena keturunannya

3. karena kecantikannya, dan

4. karena agamanya

maka pilihlah yang memiliki (tanggung jawab) agamanya, niscaya kamu akan bahagia.

Mencari jodoh, sedapat-dapatnya yang memiliki harta cukup agar ibadah kita tidak terganggu oleh kekurangcukupan belanja, sebab ketika kita kelak hidup dalam kefakiran atau kemiskinan, dikhawatirkan kita akan tergelincir kepada kekafiran. Bagaimana akan tenang beribadah jika kita masih susah untuk mencari sesuap nasi. Sehingga ia berani meninggalkan ibadah kepada Allah.

Sabda Nabi :

كَادَ الْفَقْرُ اَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

Boleh jadi kefakiran/kemiskinan akan menjadikannya kafir.

Meskipun begitu kita tidak menikah karena mencari popularitas harta yang melimpah, sehingga kita disegani, yang membuat kita ujub (berbangga diri), sombong, merendahkan orang lain. Dan kalau itu tujuannya, niscaya kamu akan dihinakan oleh pasanganmu.

Carilah calon jodoh dari kalangan orang tua yang memiliki reputasi baik di masyarakat, tidak terlibat hal yang buruk, bukan keturunan maling, bukan keturunan koruptor, bukan bekas narapidana penjara. Jika dari keturunan di atas ini, dikhawatirkan kita akan malu bergaul dan beribadah bersama masyarakat, kita akan menjadi bahan gunjingan. Meskipun gunjingan akan mengurangi dosa-dosa kita, namun kita akan tidak nyaman beribadah.

Carilah jodoh yang memiliki kecantikan yang lumayan, meski tidak menemukan yang sangat cantik, agar kita senang dan tidak dipermalukan. Namun hendaklah berhati-hati, sebab boleh jadi kecantikan akan menipu kita. Kecantikan yang ideal adalah kecantikan ganda, yaitu outer dan inner beauty (kecantikan luar, yaitu rupanya dan kecantikan dalam, yaitu hatinya).

Carilah jodoh yang memiliki pengetahuan dan pengamalan agamanya yang baik. Semua itu agar kita kelak berhati-hati terhadap rambu-rambu Allah, halal dan haranya, fardu dan sunahnya, makruh dan mubahnya. Pilihan yang terakhir ini tidak kekecualian sama sekali. Berbeda dengan ketiga alas an di atas, yang jikalau dipilih dan tidak hati-hati pastikah akan merugi, harta keturunan, kecantikan bisa saja akan menipu, mempedayakan dan mengelincirkan iman kita. Tidak dengan yang keempat, yakni agama, jika kita memilihnya niscaya akan selamat, meskipun jodoh kita itu bukanlah orang kaya, bukan dari keturunan terhormat, rupa yang biasa saja.

Jodoh yang paripurna adalah ketika memiliki empat alas an di atas itu, hartanya cuku, keturunanya orang yang baik-baik, rupanya cantik, dan agamanya baik. Pastilah akan senang dunia akhirat. Insya Allah.

Empat alas an di atas memang ditujukan untuk laki-laki dalam memilih jodoh, tetapi sama saja bagi kaum perempuan dalam memilih jodoh. Keempat alas an itu dipilih sebab ia yang akan memimpin rumah tangga, mau dibawa ke mana keluarganya? Ke jalan sesat atau ke jalan selamat? Terserah….!!

Wanita Sholihah Perhiasan Dunia

Alfaqih Warsono

Dunia adalah laksana taman hiburan, dimana pengunjungnya datang untuk sekedar bersenang-senang. Setelah habis waktunya, iapun pulang meninggalkan taman hiburan itu. Ketikia orang berada di taman hiburan hampir semua urusannya terlupakan, ia tidak ingat lagi tugas kerjanya di kantor atau perusahaan atau tempat kerja lainnya. Perbedaannya dengan dunia sesungguhnya ialah ketika waktu dunia habis, ia tidak kembali lagi ke dunia itu, sedangkan di dunia taman hiburan meski waktu habis dan ia pulang, ia pun bisa kembali lagi kesana di kemudian hari.

Dunia laksana gula madu, dimana lebah dan lalat banyak yang terjerat dan tidak dapat terbang melepaskan diri darinya, karena mereka tidak berhati hati dan serakah dengan manisnya gula madu itu. Sementara mereka yang berhati-hati, dapat terbang setelah hinggap diatasnya, mencari secercah harapan madu bagi kehidupan dan kesehatannya.

Dunia adalah perhiasan, dimana manusia silau memperebutkan perhiasan untuk tampil glamour, mewah, menikmati dunia. Dunia sesak dengan gentayangannya wanita-wanita yang tidak baik, laksana belukar yang melilit mangsanya yang datang dan tidak berhati-hati.

Setan menjadi perekat mata lelaki dan perempuan jalang. Oleh karena itu Rasul menelorkan teori :

Sesungguhnya dunia itu perhiasan. Tidak ada satupun dari perhiasan dunia yang lebih utama dibandingkan dengan wanita sholihah.

حدثنا هشام بن عمار. حدثنا عيسى بن يونس. حدثنا عبد الرحمن بن زياد بن أنعم، عن عبد الله بن يزيد، عن عبد الله بن عمرو؛
- أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((إنما الدنيا متاع. وليس من متاع الدنيا شيء أفضل من المرأة الصالحة)).

Hadis di atas adalah diriwayatkan oleh Ibnu majah dalam bab Nikah, yang diterima dari Hisyam bin Imar dari Isa bin Yunus dari Abdurrahman bin Ziyad bin An’am dari Abdullah bin Yazid dari Abdullah bin Amru.

Ketika dunia ini dihuni oleh kebanyakan wanita sholihah, maka dunia akan terbebas dari bencana sebab kebanyakan timbulnya bencana adalah berasal dari rusaknya wanita. Banyak pertikaian, perkelahian, pembunuhan yang diakibatkan oleh ulah wanita rusak akhlaknya.

Wanita adalah tiang Negara. Bila wanitanya sholihah (baik), maka akan baik pulalah Negara. Namun sebaliknya, jika wanitanya rusak maka akan rusak pula Negara.

المرأة عماد البلاد إن صلحت صلح البلاد وإن فسدت فسد البلاد

(Almar-atu ‘imadul bilad, in sholuhat sholuhal bilad, wain fasadat fasadal bilad)

Oleh karena itu, wahai kaum wanita, jadilah wanita yang sholihah (baik akhlaknya), insya Allah akan turun kedamaian penuh ridho Allah.

Pentingnya Isteri taat kepada Suami

Alfqih Warsono

Ketaatan isteri kepada suami dalam hal yang baik lagi diperintah Allah, semisal melayani, menolong dan melakukan hal-hal yang dianggap baik, baik oleh adat maupun oleh agama, akan menjadi bentuk ibadah tersendiri dan menjadi penyebab masuk surganya Allah. Mengapa? Ketaatan isteri kepada suami dalam hal-hal yang baik akan menjadi penyebab turunnya Ridho Allah, dan orang yang mendapat ridho Allah pasti akan masuk surga. Bukankan banyak orang yang solat tidak tidak masuk surga karena ia tidak mendapat ridho Allah atas sholatnya, sholatnya hanya riya ingin dilihat orang (yuro-unan nas). Orang banyak yang melakukan ibadah, terutama yang berat-berat karena ingin masuk surga, padahal Allah tidak ridho karena ia riya.

Semua makhluk bersujud kepada Allah, Sang Khalik. Tidak dibenarkan makhluk bersujud kepada makhluk lain. Namun karena pentingnya seorang isteri taat kepada suami maka akan menjadi ibadah. Seakan-akan diperbolehkan bersujud kepada suami, dan sudah barang tentu dilarang bersujud kepada suami, hanya saja sebagai penggantinya berbentuk “keta’atan” tersebut.

Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits yang diterima dari Azhar bin Marwan dari Himad bin Zaid dari Ayub dari AlQosim Assyaibani dari Abdullah bin Abi Aufa berkata:

حدثنا أزهر بن مروان. حدثنا حماد بن زيد، عن أيوب، عن القاسم الشيباني، عن عبد الله بن أبي أوفى؛ قال:
- لما قدم معاذ من الشام سجد للنبي صلى الله عليه و سلم. قال ((ما هذا يا معاذ؟)) قال: أتيت الشام فوافقتهم يسجدون لأساقفتهم وبطارقتهم. فوددت في نفسي أن نفعل ذلك بك. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((فلا تفعلوا. فإني لو كنت آمرا أحد أن يسجد لغير الله، لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها. والذي نفس محمد بيده! لا تؤدي المرأة حق ربها حتى تؤدي حق زوجها ولو سألها نفسها، وهي على قتب لم تمنعه)).
في الزوائد: رواه ابن حبان في صحيحه. قال السندي: كأنه يريد أنه صحيح الإسناد
.

Ketika Muadz datang dari Syam (Suriah) ia bersujud kepada Nabi SAW. Nabi bertanya : Apa-apaan ini hai Muadz? Muadz berkata ; Saya mengunjungi Suriah lalu saya ijinkan mereka sujud kepada para uskup dan leluhur mereka. Maka ingin dalam diri saya untuk melakukan ini kepada Anda. Rasulullah saw bersabda : ((Jangan lakukan itu. Jika saya menyuruh seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya saya perintahkan perempuan untuk sujud kepada suaminya Demi Allah yang Jiwa Muhammad di tangannya. Tidaklah perempuan bisa memberi/memenuhi hak Allah sehingga ia memberi/memenuhi hak suaminya meskipun hanya meminta dirinya, padahal ia ada di atas untanya, ia tidak bisa mencegahnya/menolaknya)).

Dalam kitab Zawaid, Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dalam kitab shohihnya. Syekh Sandawy berkata diharapkan sanadnya shohih.

Beriman dan Berilmu

Al Faqih Warsono

Dewasa ini di zaman kontemporer yang konon dikatakan modern, ilmu sangat dibutuhkan manusia dalam rangka memakmurkan bumi sebagai penanggung amanat yang pernah ditawarkan Allah SWT.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوماً جَهُولاً ﴿٧٢﴾

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS Al Ahzab [33]: 72)

Manusia wajib memiliki ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, tidak ada dikotomi pada keduanya, melainkan harus terjadi sinergi. Hal ini senada dengan sabda Nabi SAW:

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَافَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ.

Barangsiapa yang menginginkan (sukses) hidup di dunia maka haruslah ia (memiliki) ilmu, barangsiapa yang menginginkan (sukses) hidup di akhirat maka haruslah ia (memiliki) ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan (sukses) hidup di dunia dan akhirat maka haruslah ia (memiliki) ilmu.

Namun perlu diketahui dan disadari bahwa ilmu yang membuat manusia memenuhi harapannya dalam kehidupan yang nyaman akan menemui ketimpangan ketika tidak didasari iman yang mantap. Oleh karenanya Allah lebih mendahulukan “iman” daripada “ilmu” dalam firmanNya, meskipun keduanya sangat ditinggikan derajatnya oleh Allah. Simak saja firmanNya:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah [58]:11)

Orang yang memiliki ilmu yang tinggi, gelar yang panjang, kedudukan yang tinggi dalam strata social, ketika mengabaikan iman, niscaya akan berani melanggar rambu-rambu syari’at agama. Ilmunya dipakai untuk membodohi orang lain yang memang sudah bodoh, tanpa khawatir akan ancaman Allah SWT.

Para karyawan, kalau tidak disebut pegawai, pejabat dan sejenisnya, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun di lembaga lain semisal yayasan, baik umum maupun yang berbau agama, berani melakukan “risyah” (suap). Mereka, karena awamnya iman, meskipun mereka tidak mau dikatan awam iman karena bahkan ada yang sudah ber-haji ke tanah suci, tidak sungkan-sungkan menerima suap itu, bahkan ada yang marah jika tidak ada suap. Mereka tidak yakin dengan ancaman Rasulullah bahwa

اَلرَّاشِيْ وَالْمُرْتَشِيْ فِي النَّارِ.

“orang yang menyuap dan orang yang disuap semuanya akan menjadi penghuni neraka”. Mereka seakan pasti masuk surga karena telah melaksanakan semua rukun islam. Itulah salah satu bentuk jahiliyah mereka di jaman modern ini.

Demikian pula ketika manusia mengabaikan “ilmu” demi mengejar keutuhan iman yang mantap kepada Allah semata. Ia akan sulit mencapai ma’rifat (berkenalan) dengan Allah karena ia hanya percaya sepenuh hati (sami’na wa atho’na) (kami dengar dan kami patuh) tanpa mengetahui bagaimana beribadah yang baik guna mendapatkan kualitas iman dan taqwanya. Bahkan dikhawatirkan, karena bodohnya, ia menganggap apa yang ia lakukan meskipun sebenarnya menyekutukan dan melawan Allah, ia lakukan pula. Na’udzu billah. Sebagai contoh, masih banyak orang yang rajin sholat lima waktu karena ia takut akan siksa jika ia berani meinggalkannya, namun ia juga berani menyembah syetan dengan menyediakan sesuguhan (makanan untuk syetan), membakar kemenyan disekitar pedaringan (wadah beras) agar tidak kurang pangan bagi keluarganya, menyediakan persembahan untuk dewa/penghuni kuburan/pengguasa laut atau apapun nama dan bentuknya. Mereka tidak tahu bahwa itu melawan Allah, ya itulah karena minimnya ilmu.

Oleh karena tidak punya ilmu ibadat, sholat mereka rusak meskipun ia tidak merasa rusak sholatnya, puasanya batal meski tamat satu bulan, zakatnya tidak diqobul meski sudah bayar karena tidak sesuai dengan syari’at, hajinya mardud (ditolak) meski sudah mengahbiskan jutaan rupiah.

Oleh sebab itu, hendaknya “ilmu” dan ‘iman” wajib” dimiliki, dihayati, disadari dan diamalkan dalam semua segi kehidupan. Insya Allah selamat dunia akhirat. Amin.