Jumat, 07 September 2012

Enam Cara untuk mengakali Penundaan


Alfaqih Warsono

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat kiriman rutin motivasi dari  Jason M. Gracia
(Pendiri, www.Motivation123.com)

Beliau memberikan nasihat, katanya :  Orang Spanyol memiliki pepatah, yaitu: "Besok seringkali menjadi
hari tersibuk dalam seminggu." Demikian kata sang pujangga Spanyol tersebut.

Kita semua seringkali menunda-nunda dalam sesuatu hal. Kita sering membuang waktu dan menunda dan sering lengah terhadap berbagai kesempatan yang membenatng di hadapan kita.
Lantai kantor dan rumah saya masih penuh dengan tumpukan kertas pengajuan dua bulan yang lalu. Saya sedang menunggu mereka untuk berhenti buang waktu dan mengajukan diri, katanya.

Apapun tugas dan apapun alasannya, tips di bawah ini akan membantu Anda untuk Anda bisa lakukan pada hari ini apa yang kebanyakan orang suka menundanya hingga bulan depan.

  1. Tanyakan pada diri sendiri, Apa termasuk orang yang suka menunda-nunda kesempatan?
    Orang terkadang menunda-nunda karena berbagai alasan.
    Ada yang karena takut gagal. Ada yang beralasan untuk menghindari pekerjaan yang
    membosankan. Ada pula yang karena untuk terhindar dari keterawud-awudan (misalnya, tumpukan kertas saya). Dengan mengetahui penyebab masalahnya, diharapkan dapat membuka mata Anda untuk mencari solusi yang jelas dan tepat.
  2. Apakah Anda perlu melakukannya? Pertanyaan sederhana, tapi itu sesatu yang baik. Kadang-kadang kita meletakkan sesuatu dengan tidak pernah diungkit-ungkit lagi karena itu mungkin dianggap tidak begitu penting. Jika Anda tidak benar-benar perlu untuk melakukannya, bebaskan diri dari beban mental dan tinggalkan tugas dari Anda untuk sementara waktu, tapi bukan untuk dirutinkan dan tidak pula untuk dijadikan alasan kemalasan.
  3. Meminta bantuan. Saya memiliki mekanisme jendela kuno yang mengambil upaya operator jembatan untuk membukanya. Secara mengejutkan, pada bulan lalu, jendela itu pecah. Dan seseorang harus memperbaikinya, namun saya berharap bahwa "seseorang" itu adalah bukan "aku". Jadi saya menundanya. Setelah berminggu-minggu menatap jendela tanpa benar-benar melakukan apapun, saya meminta seorang teman untuk membantu. Hal itu bukan hanya karena saya tidak memiliki keterampilan mekanik melaikna juga tidak terkoordinasi, saya tahu itu akan membuat saya ikut termotivasi karenanya.
  4. Komit hanya lima menit.
    Itu saja - hanya 300 detik.
    Katakan bahwa diri Anda hanya perlu melakukan sesuatu untuk beberapa waktu saja. Ini akan mampu mengubah pekerjaan besar menjadi masalah kecil: Lima menit? Saya bisa melakukan itu. Memang "memulai" adalah bagian yang paling sulit, namun ketahuilah bahwa setelah lima menit, Anda akan sering melakukannya terus laksana berselancar atau berkendara terus sampai ke finish.
  5. Fokus pada akhirnya.
    Berpikir tentang bagaimana Anda akan merasa ketika Anda telah melakukan apa saja yang perlu dilakukan dapat memotivasi Anda untuk mewujudkannya. Tidak banyak waktu seperti untuk mengatur, tapi saya senang diatur. Ini adalah apa yang saya fokus pada perasaan memiliki segalanya di tempatnya, bersih dan rapi,  ketika saya perlu menata sebuah ruang. Meskipun tumpukan kertas saya membuktikan bahwa saya memiliki beberapa pekerjaan yang harus dilakukan. Namun keter-fokusan pada akhir/tujuan akan membuat pekerjaan akan terselesaikan sesuai jadwal.
  6. Just do it. (Lakukan saja)
    Berhenti mengulur-ulur.
    Berhenti rasionalisasi. Berdiri, berjalan ke "zona bahaya" (yakni tugas-tugas kita yang memang harus diselesaikan), dan mulai bekerja. Pasti Anda bisa.